KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Nafsiah Mboi, mengatakan jumlah pria perokok di Indonesia meningkat
sebanyak dua kali lipat sejak 1980, dan prevalensi pria perokok di
Indonesia tercatat sebagai kedua tertinggi di dunia.
“Ini merupakan fakta yang menyedihkan yang dapat memberikan dampak negatif pada kondisi kesehatan serta biaya kesehatan di negara
kita. Tapi, tentunya ini juga merupakan fakta bahwa kami akan terus
berkomitmen dalam melakukan tindakan nyata dalam mengurangi angka
tersebut di Indonesia untuk kepentingan seluruh masyarakat, dan membantu
mengurangi angka penyakit yang disebabkan oleh tembakau di seluruh
dunia,"ungkapnya menanggapi hasil penelitian terbaru Institute for
Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington.
Penelitian bertajuk ”Smoking Prevalence and Cigarette Consumption in 187 Countries, 1980-2012” diterbitkan pada tanggal 8 Januari di Journal of the American Medical Association dalam edisi khusus yang didedikasikan untuk membahas masalah tembakau.
Pengawasan
tembakau menjadi penting untuk menekan kenaikan jumlah perokok ini.
Penurunan prevalensi tembakau dan konsumsi rokok sudah terjadi secara
global, dan bisa terus terjadi di seluruh negara.
Ratifikasi
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dapat menjadi salah satu
langkah nyatanya. Pada 2003, FCTC yang diadopsi oleh World Health Assembly sudah diratifikasi di 177 negara.
Direktur
IHME, Christoper Murray, mengungkapkan, “Kami memiliki berbagai piranti
hukum untuk mendukung pengawasan tembakau, dan kami perlu berbagai cara
untuk mempercepat langkah kami. Dan kamipun perlu segera mengetahui apa
yang menjadi masalah, jika ditemukan tidak adanya kemajuan.”
Alan
Lopez, Laurate Professor di University of Melbourne juga mengatakan
pentingnya pengawasan tembakau terutama di negara-negara di mana jumlah
perokok mengalami peningkatan.
"Kita tahu bahwa separuh dari
para perokok akan meninggal dunia disebabkan oleh tembakau. Peningkatan
jumlah perokok berarti semakin tinggi pula angka kematian dini,”
terangnya dalam siaran pers yang diterima Kompas Health, Kamis (9/1/2014).
Studi
terbaru Global Burden of Disease (GBD) yang dikoordinasikan bersama
IHME, menunjukkan penggunaan tembakau menyebabkan hampir 200.000
kematian di Indonesia.
Sumber :
http://health.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar